Pages

Minggu, 08 April 2012

Deringan...

Pagi ini begitu cerah dan terang.  Syukurlah. Pakaianku yang kucuci kemarin bisa kering dan langsung ku seterika untuk Persiapan aktivitas seminggu ke depan.  Bangun pagi-pagi di hari minggu terkadang ingin kulewatkan, rasanya ingin malas. Tapi begitulah, selalu tak bisa. Slalu ada saja ide yang bisa buatku bergerak. Ya…pagi ini kulihat sesisir pisang raja yang sudah masak, sayang bila dibiarkan begitu saja. Pasti busuk kalau tak diolah. Saya memang tidak bisa makan pisang mentah tanpa olahan, terkecuali pisang susu atau ambon. Rasa mual datang bila memakannya.
Maka, membuat pisang gorengpun menjadi pilihan sarapan pagi ini ditemani dengan teh manis jambu hangat untuk diseruput.  Menikamatinya bersama pagi sambil meembaca buku Marc Levy All those things we never  said pinjaman dari seorang teman kantor. 

Tys…., Hapemu bunyi . Panggilan Ary teman kost yang lagi mencuci memecah konsentrasi membacaku di dapur.
Beranjak dan mempercepat sedikit langkah menuju kamar melihat ponselku dengan dering asli Sony Ericssonnya. Mendekat, Ku perhatikan dari pintu kamar apakah Mama yang memanggilku. Membathin. Oooh…,ternyata bukan. Kupegang. Kulihat panggilan Pamanku dari kampung.
Halloo…..Assalamualaikum
Waalaikumsalam…,lagi dimana  tysha…??
Di rumah.
Rumah mana , Buton atau Kendari…?
Buton paman.
Kamu lagi apa Tysha..??
Gak Paman, lagi santai aja. Sarapan.
Sarapan Apa..??
Pisang goreng dan tehnya paman…, sekali seminggu biasa kalau lagi ada. Balasku dengan senyum.
Bagaimana Paman…?? Sekarang lagi dimana..?
Cuma dirumah…
Ooo..,bibi di pasar ya dengan intan.., Si kembar Cika dan ciko kemana…??
Berkeliaran…, mereka pergi main.
Bagaimana kabar Paman  sekeluarga..? baik kan..?! Ucapku meyakinkan.
Alhamdulillah kami semua baik. Kamu kapan ke Kendari?

Belum tau ni, saya menunggu bos pulang dari dinas luar. Banyak berkas kegiatanku yang harus di tandatangani pertanggungjawabannya.
Sedikit jawaban yang tidak kuyakinkan untuk menjawabnya. Hanya sekedar kewajiban bahwa memang harus dijawab. Tapi itulah jawaban yang pas ku keluarkan saat ini. Karena kegiatan kantor yang cukup padat. Dan inilah mungkin penolongku untuk manjawab pertanyaan seperti itu. Yang sebenarnya mereka (keluarga) telah tau jawabannya. Mereka meragukanku datang  di acaranya pernikahan itu.
Saya membuat jawaban yang pas dan masuk akal untuk diterima. Dan Jawabannya adalah ya, kegiatan kantor. Itu cukup sebagai alibi.
Kalau paman kapan datang..?
Mungkin kamis. Kamu juga baiknya pulang kamis atau jumat tysha…, ucapnya dengan pelan, mungkin tuk menjaga persaanku.
Belum tau  paman…singkatku.
Yah…baiklah. Lanjutkan sarapanmu.
Makasih paman sudah menelepon. Assalamualaikum

Percakapan yang hambar. Tak ada warna di dalammnya. Hanya sedikit tawa yang ditahan. Dingin. Dan itu memang sengaja kucipta agar tak mengorek banyak cerita. Seadanya dan biasa. Dan ini memang sudah tak seperti biasanya. Sejak awal tahun ini. Saya berbeda dan merubahnya.
Percakapan kepada keluarga yang biasanya dulu renyah, tawa dan wajah yang sumringah menghias setiap kalimat yang terucap hilang. Saya mengubahnya dalam diam, seadanya  dan serba biasa. Saya bukan yang dulu. Memang ini bukan sikap saya yang selalu ceria. Tapi Maaf tak selamanya hari itu sama. Ini Minggu  bukanlah sabtu. Berubah.

Maaf… jika saya berubah.



 BB,8 april 2012


Jumat, 06 April 2012

Kak, Kamu tega...!!

Tak perlu banyak alasan untuk selalu dimengerti. Bukankah sudah saya ucapkan kemarin-kemarin. Sudah kering luka yang kau gores, tak usah kau korek lagi. Diamku cukup. Sendiriku untuk sementara tak perlu kau usik. Dan Saya mau sendiri. Cukuplah kau tau itu.
***
Pembicaraan dengan kedua orang tua yang menyuruhku pulang. Untuk menghadiri pesta pernikahanmu insyaAllah yang sekali seumur hidup.  Saya pun tak tau alasan apa lagi yang harus ku ucap. pikirku tak berhak  ataupun memiliki hak tuk melarangmu. Itu pilihanmu. Hanya saja tak pernah habis terpikir, dia pandai memanfaatkan suasana, mencuri berita. Mendekat, mengambil lalu membuangnya. Diapun hilang dan menjauh. Kasarnya karena butuh maka kau ku perlu. (kasihan). ahh...sudahlah.

Tapi, kaupun menambahnya lagi. berita bahagia yang seharusnya ku dengar duluan sebagai orang rumah ternyata harus ku tau dari orang lain yang jaraknya berjuta-juta kilometer. Kita mungkin sekarang terpisah, tak seatap lagi, rentang jarak yang ada juga mungkin terlalu jauh menurutmu dan komunikasipun sebatas angin lalu. ironis.  Dan singkatnya Aku tlah Jauh.

***
Tys...,kamu nda pulang ?? besok kita pindahan ke rumah baru. kata mama mengajakku cerita.
lama ku diam...

Tidak Ma..., saya tidak mau pulang.

Baiklah..., tapi minggu depan kamu pulang kan..?

hmmm....entahlah. Ragu ku menjawab semua pertanyaan yang menurutku terlalu menohok.

Itu acara keluarga, kita keluarga besar. Jangan sampai kita dibaca oleh orang bahwa kita berselisih. cukuplah.
Mama harap kamu bisa datang..., kejadian yang kemarin mudah-mudahan ada hikmahnya.

Bapak harap kamu bisa bantu...
Apa yang mau saya bantu..? jawabku agak ketus kepada sosok Ayah yang menjadikanku benci akan arti sebuah keluarga.

Bantu kami dengan meringankan pikiran..., kenapa bapak bisa menasehati orang banyak dan  merekapun bisa mendengarkan, tapi kamu tidak...??

Diam hanya menjadi jawabanku saat ini. Karena dengan membalasnya pasti menyakitkan. Saya sakit dan merekapun sakit. Bapak boleh saja menasehati orang lain tapi saya tidak. Sudah penuh di kepala untuk mendengar nasihat yang menurutku BOHONG. Dan saya benci kebohongan. Benci. 
Saya tak bisa berpura-pura manis di depan orang banyak untuk menutupi ketidaksukaan saya. Hanya demi sebuah penghargaan. Tidak sama sekali.

Bapakpun pergi ke pelabuhan tanpa kuantar. kulihatnya risau, tapi sudahlah. Hatikupun terlalu susah tuk kuajak berdamai.

***
Dering telepon dari adikku menyentak lamunanku yang ingin ku jadikan sebagai pengantar tidurku. Memang masih pagi untuk tidur jam 9 dihari jumat ini. tapi itulah salah satu caraku untuk mengusir penat dan kacaunya pikiranku

Assalamualaikum...,Kak...kt lagi apa..?
Tidak, saya mau tidur.
Mama mana...?
Ke kampung jemput nenek, nanti sama-sama mau ke K*****i
Kita tidak pulang...??
Tidak..., kenapa saya mesti pulang..?Ketus ku jawab
Besok kita mau pindah. Kita bantu-bantu tenagalah. Kita tidak sukakah kalau pindah..?
Baguslah kalau pindah. Itukan rumahmu. Rumahku disini..!! (ketus slalu menjadi nada balasanku)
Sudahlah kalau begitu...Assalamualaikum
Iya, Sudah. saya mau tidur...!!!
Tanpa menjawab balasan salammnya, saya menutupnya dan menggeletakkan hp begitu saja.

Pesan singkatnya pun masuk sesaat kemudian
"Teganya Kita Kak..."!!

Tak kubalas pesan itu. Tak perlu. Menjawabnya membuat meenjadi makin keruh dan runyam. Masih susah hatiku berdamai. Skali lagi Diam jawabku dan sebuah tangis memecah sunyi dan sendiriku. pikiranku kembali mengingat perkataan mama yang di ucapkannnya kepada sahabatku. Itu rumah Rani. Rumah yang dibangun atas dasar kebersamaan. Tapi mama tlah menghancurkan harapan-harapanku. Membandingkan materi yang kuperoleh dengan adikku dan mengatakannya kepada orang lain. 
Kupendam. Setelah perkataan itu semua kosong, hampa dan hilang. Perasaan yang ingin selalu kutata dan kujaga baik dan sembuh dari luka perkataan dan perlakuan bapak seketika runtuh. Jatuh serupa pasir yang di sapu ombak. Ternyata semuanya sama. Susah Payah kubangun semangat dan ketegaran untuk menguatkan, tapi akhirnya berujung patah. Saya kecewa.

Sesenggukan tangis  dan menulis hanyalah teman bijakku melarungkan suasana, meringankan beban yang tak bisa ku bagi oleh siapapun. Karena percaya kepada orang adalah krisis yang sudah melandaku beberapa tahun.

Saya memang tak punya apa-apa yang bisa dibangga. Tak Punya materi yang bisa membeli sesuatu yang berharga dan dipandang. Karena saya belum bisa. Masih merangkak. Saya memang belum bisa memberi apa-apa dan saya yakin apa yang telah saya beri belum berarti apa-apa bahkan belum bisa dikatakan membalas. Tapi salahkah saya berontak, jika saya tak ingin di bandingkan...??

Lalu, Siapakah yang dikatakan Tega..???



BB,7April2012



 

 





Rabu, 28 September 2011

September Ceria

Sepertinya bukan sekedar lagu, bulan ini benar-benar ceria...(cieee ileee ceria nih yee). terang saja (iyalah..emangnya gelap..hahha..)